Senin, 26 November 2018

Pelari Borobudur Meninggal Sebelum Finish, Berikut Penyebabnya!


Borobudur Marathon adalah sebuah event internasional yang menampilkan olahraga dengan balutan pariwisata. Tidak hanya warga setempat, ajang tahunan ini juga selalu mendapat perhatian dari wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Maka tak heran jika peminatnya pun semakin tahun semakin membludak. Bahkan, pelari yang meramaikan Borobudur Marathon 2018 jumlahnya mencapai ribuan! Tentu saja jumlah tersebut bukan jumlah yang sedikit, bukan?

Namun, dari gebyar dan megahnya acara yang berlangsung pada tanggal 18 November 2018 tersebut, ada sebuah kabar duka terjadi, yaitu meninggalnya salah seorang pelari jarak jauh sebelum garis finish.

Mengapa kejadian nahas itu bisa terjadi?
Dihimpun dari berbagai sumber, tim medis mengatakan ada beberapa kemungkinan seseorang bisa meninggal setelah lari marathon. Salah satu kemungkinan terkuat adalah dia mengalami hipoksia, yaitu kondisi jantung yang bekerja secara berlebihan.

Jika seseorang sudah mengalami kondisi ini, maka oksigen yang dibawa oleh darah tidak akan sampai ke otak. Akibatnya, seluruh kinerja organ pun menurun. Saat otak sudah kekurangan oksigen, reaksi pertama mungkin akan menyebabkan seseorang menjadi pusing. Kemudian, jika tidak segera diatasi bisa membuat seseorang tak sadarkan diri, bahkan meninggal.

Untuk tragedi lari marathon ini, sebenarnya pakar medis sudah sangat mengimbau kepada setiap orang, khususnya peserta lari marathon agar tidak memaksakan diri. Ketika dirasa sudah tidak mampu melanjutkan, maka segeralah berhenti.


Gejala Hipoksia

Gejala hipoksia bisa muncul dan memburuk secara cepat (akut) atau bertahap (kronis). Beberapa gejala yang menyertai hipoksia, di antaranya adalah:
  • Napas pendek dan cepat.
  • Detak jantung cepat.
  • Warna kulit menjadi agak kebiruan atau dapat menjadi merah terang seperti buah ceri, tergantung penyebab dari hipoksianya.
  • Lemas.
  • Menjadi linglung atau bingung.
  • Kehilangan kesadaran.
  • Berkeringat.
  • Batuk.
  • Rasa seperti dicekik.
  • Napas berbunyi (mengi).
Beberapa tanda hipoksia lainnya yang terdapat pada bayi dan anak-anak, antara lain adalah anak menjadi lemas dan lesu, rewel, gusar, tidak fokus, serta gelisah.

Tidak lupa juga agar mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum melakukan lari jauh. Setidaknya, harus berlatih minimal 3 bulan agar tubuh menjadi terbiasa. Jika masih amatir atau pemula, sebaiknya tidak mengikuti lari yang jaraknya terlampau jauh.


Pengobatan Hipoksia

Jika Anda memiliki kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia dan merasakan gejala hipoksia, Anda harus segera ke rumah sakit agar segera mendapatkan perawatan yang tepat. Mengembalikan pasokan yang optimal ke dalam tubuh dan mengatasi penyebab dari hipoksia merupakan penanganan yang paling penting.
Terdapat beberapa metode penanganan untuk mengembalikan pasokan oksigen yang optimal ke dalam tubuh:
  • Pemberian oksigen tambahan. Tubuh penderita hipoksia akan dipasok dengan oksigen tambahan, menggunakan selang atau masker yang disambungkan ke tabung oksigen. Semakin cepat kadar oksigen dalam tubuhnya kembali normal, semakin kecil risiko kerusakan organ tubuh.
  • Alat bantu napas atau ventilator. Saluran pernapasan akan disambungkan dengan mesin ventilator, menggunakan selang yang dimasukkan dari tenggorakan sampai melewati pita suara.
  • Terapi oksigen hiperbarik (TOHB). Penderita hipoksia yang disebabkan oleh keracunan karbon monoksida akan dimasukkan ke dalam ruangan bertekanan tinggi (hiperbarik) dengan oksigen murni.

Komplikasi Hipoksia

Hipoksia yang terlambat diatasi dapat mengakibatkan kerusakan sel, jaringan, maupun organ, dan dapat menyebabkan kematian.
Namun hipoksia yang ditangani dengan pemberian oksigen juga dapat menimbulkan komplikasi. Pemberian oksigen secara berlebihan justru dapat meracuni jaringan tubuh (hiperoksia). Hal ini bisa menyebabkan:
  • Katarak.
  • Vertigo.
  • Kejang.
  • Perubahan perilaku.
  • Pneumonia.

Pencegahan Hipoksia

Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan cara menghindari lingkungan yang dapat menurunkan kadar oksigen atau menggunakan oksigen tambahan dari tabung oksigen sebelum hipoksia muncul. Hipoksia yang disebabkan oleh asma bisa dihindari dengan cara menjalani pengobatan asma sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh dokter. Terapi tersebut juga bisa membantu pasien mengendalikan asma.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar